Minggu, 28 Agustus 2011

Pembentukan watak positif seorang anak

Ada ungkapan tidak langsung bahwa membentuk watak seorang anak itu susah-susah gampang, sehingga ada sebagian orang tua yang tidak mau ambil pusing dan menyerahkan pertumbuhan anak-anaknya ke lembaga/orang lain yang dianggap profesional.
Padahal sesungguhnya bukan itu yang diingini oleh anak-anak kita, mereka cuma butuh perhatian dari orang yang terdekat yaitu siapa lagi kalau bukan orang tuanya sendiri. Ibarat ingin membentuk batang sebuah pohon, akan lebih mudah bila kita membentuknya sewaktu pohon tsb masih kecil, karena batangnya masih lentur sehingga bisa kita belokkan kemana saja sesuai dengan keinginan kita. Begitu juga dengan watak seorang anak akan lebih mudah membentuknya sewaktu mereka masih kecil & polos.
Karena pada dasarnya seorang anak itu akan melakukan apa yang dia lihat, bukan apa yang diperintahkan kepadanya. Sehingga secara tidak sadar mungkin sedikit banyaknya tingkah laku kita sebagai orang tuanya telah ditiru oleh mereka.
Nah...mumpung mereka masih kecil, berikanlah contoh perilaku yang positif kepada mereka, mis: ajarkan mereka jangan membuang sampah sembarangan, ajarkan mereka supaya bisa menerima dan mensyukuri apa yang didapat, dll.
Dahulu mungkin kita masih ingat apabila kita terjatuh karena tersandung oleh sebuah batu lalu kita menangis, dan biasanya orang tua kita akan pura-pura memukul batu yang menyebabkan kita tersandung tsb dengan tujuan agar kita berhenti menangis. Mungkin tujuan dari orang tua kita pada saat itu adalah baik, yaitu agar kita berhenti menangis, tetapi secara tidak sadar, efek psikologis yang ditanamkan adalah kita selalu mencari "kambing hitam" atau orang lain yang patut disalahkan apabila kita menemukan masalah. Seharusnya orang tua kita pada saat itu harus tegas dan memberikan penjelasan bahwa kita terjatuh bukan salah siapa-siapa (apalagi batu yang jelas-jelas tidak bisa bergerak dengan sendirinya) tetapi karena mungkin kekuranghatian kita pada saat berjalan.
Kelak apabila semua orang tua mulai menyadari kekeliruannya tsb, maka tidak mustahil dimasa yang akan datang semua pemimpin (khususnya di Indonesia ini) akan menjadi pemimpin yang benar-benar berani mengakui kesalahannya sendiri, bukan malah mencari "kambing hitam" agar dirinya bisa selamat dari jeratan hukum atau pencitraannya tetap baik dimata masyarakat.
Mudah bukan membentuk watak positif seorang anak? Sudahkah Anda memulainya dari anak-anak Anda sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar