Jumat, 17 Oktober 2014

Sejarah Berdirinya Kawasan Pademangan & Genk Lapendos

Bila melihat nama dari blog ini "Lapendos Pademangan", rasanya kurang lengkap bila penulis tidak mengulas terlebih dahulu sejarah berdirinya kawasan Pademangan ini, meskipun sejarah ini diterangkan berdasarkan "kaca-mata" dari penulis saja, yang notabene sudah tinggal di daerah Pademangan sejak tahun 1975.

Diawal tahun 1970-an, daerah Pademangan mungkin belum ada di dalam peta DKI Jakarta, karena memang saat itu, daerah Pademangan masih berupa situ atau empang, dan seiring dengan bertambahnya arus urbanisasi, maka situ atau empang tsb dipatok oleh beberapa orang yang meng-claim bahwa tanah tsb sudah menjadi miliknya. Mereka pun akhirnya tinggal di atas rumah panggung dengan ditopang kayu "dolken" hingga beberapa tahun kedepan. 

Seiring dengan waktu, sambil tinggal di atas rumah panggung, ada sebagian dari mereka yang mengurug empang di bawah rumahnya dengan material seadanya, antara lain: sampah, puing, tanah, dll, hingga akhirnya menutupi keseluruhan empang tsb. Hingga akhirnya mereka sudah tidak tinggal di rumah panggung lagi, tetapi sudah tinggal di atas rumah yang sudah berdiri di atas tanah. Karena berada di bawah permukaan laut, itulah sebabnya hampir 30 tahun terakhir Pademangan dikenal dengan daerah yang langganan banjir. Banyak rumah di Pademangan yang sering "kejar-kejaran" dengan tinggi jalan, guna mencegah rumahnya kebanjiran, termasuk rumah penulis yang hampir setiap musim hujan selalu kebanjiran. Dan sudah menjadi hal yang lumrah apabila rumah-rumah di Pademangan seperti rumah "liliput" alias rumah yang beratap pendek, karena seringnya diurug dengan tanah. Kalau sudah begini temperatur di dalam rumah tsb menjadi sangat-sangat sumpek dan gerah.
Dahulu mungkin satu-satunya tempat mengungsi orang-orang Pademangan saat banjir adalah Rel Kerata Api, karena memang Rel KA ini lah dataran yang paling tinggi di kawasan itu, tetapi sekarang justru kebalikannya, rel KA adalah tempat yang paling rendah, dan bahkan menjadi area yang pertama kali terendam air apabila sudah masuk musim hujan...hahaha..ironis

Singkat kata, akhirnya berdirilah daerah Pademangan, yang sekarang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Pademangan Barat & Pademangan Timur. Secara kasat mata perbedaan kawasan ini bisa kita bedakan dari bentuk rumah dan susunannya, kalau Pademangan Barat lebih cenderung kumuh dan rumah-rumahnya tidak beraturan, sedangkan Pademangan Timur lebih cenderung "mapan" alias rapi. Semula Pademangan hanyalah tingkat kelurahan yang menjadi bagian dari Kecamatan Penjaringan, tetapi karena populasi masyarakatnya yang berkembang secara signifikan, maka Kelurahan Pademangan dimekarkan menjadi Kecamatan Pademangan.

Di samping Rel KA, tepatnya di RT010/ RW 04 Kelurahan Pademangan Barat, inilah nama Genk LAPENDOS berdiri, Lapendos artinya Laki-laki Penuh Dosa, penulis sendiri tidak tahu persis kapan tepatnya Genk Lapendos ini berdiri, tetapi yang jelas berdirinya Genk Lapendos ini bersamaan dengan lagi nge-trend-nya tarian "Break Dance" , yang pada saat itu kita masih mengenal artis: Rico Tampaty, Chica Koeswoyo, Dina Mariana, dll

Genk Lapendos ini cukup dikenal dan disegani pada saat itu, karena memang di dalam genk ini ada banyak type orang dengan latar belakang yang "unik", ada preman, bromocorah/residivis, tukang palak/ todong, santri, jago "break dance", jago main gitar+nyanyi (khususnya lagu-lagu Iwan Fals), jago lukis, dll , sehingga pada saat itu penulis terkadang "bangga" bila berkenalan dengan menyebut daerah asal penulis, yaitu: Genk Lapendos, mungkin hanya Genk Volker (di kawasan Tanjung Priok) yang masih bisa menandingi kehebatan Genk Lapendos ini.

Seiring dengan bertambahnya waktu, populasi masyarakat di Pademangan ini menjadi besar, sehingga saat ini kawasan Pademangan ini terkenal dengan kawasan padat penduduk, sampai-sampai penulis agak kesulitan parkir mobil bila sedang pulang mudik ke Pademangan. satu hal yang masih membuat penulis rindu/ kangen dengan Pademangan, yaitu: selain masih bisa bercengkrama dengan sobat kecil, di sana pula penulis bisa mengajarkan arti "HIDUP" yang sebenarnya kepada anak-anak penulis (Gigih - 8 tahun & Genta - 4 tahun), bagaimana beruntungnya mereka sekarang yang tidak mengalami sulitnya hidup dan besar di kawasan Pademangan. Dan dari kawasan Pademangan inilah penulis bisa mengajarkan kepada mereka bagaimana pentingnya "bertahan hidup" dengan harus bekerja keras guna mendapatkan makan (maklum sampai saat ini masih cukup banyak anak-anak di Pademangan yang hidup di bawah garis kemiskinan)

Demikian sedikit ulasan tentang Pademangan dan Genk Lapendos, ulasan inipun dibuat tidak lain dan tidak bukan karena pada dasarnya penulis memang senang membuat suatu ulasan atau artikel, dan sambil berharap dapat berguna bagi rekan-rekan dalam membuka wawasan. Terima kasih

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf Mas, saya gak sengaja menghapus pertanyaan Mas Ridwan, maklum masih belajar bikin blog...hahahah...sesama orang Pademangan jangan kapok kasih komentar lagi Mas..

      Hapus
  2. Saat ini Genk Pademangan sepertinya sudah tidak ada lagi, paling tidak sudah tidak seramai dulu waktu jaman saya kecil, ada Genk Lapendos, Genk Paspit, Genk E2, dll
    Sepertinya seiring dengan makin ramainya arus urbanisasi dan makin heterogen-nya masyarakat di Pademangan, maka lama2 kelamaan genk-genk tsb hilang satu-persatu, saya saja sulit untuk menemukan bekas kawan2 saya yang dulu eksis di genk

    BalasHapus
  3. mau tanya kalo sejarah berdirinya kelurahan pad timur, itu gmn yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejarahnya seh gak special2 amat Mbak, Kel. Pademangan Timur dan Kel. Pademangan Barat hanya dipisahkan oleh rel KA, dan kebetulan Pademangan Timur letaknya memang di sebelah timur Pademangan, dan Pademangan Barat letaknya di sebelah barat Pademangan, mungkin karena letak inilah makanya dinamakan sesuai dengan arah mata angin

      Hapus